Rinduku Tak Tahu Malu


Kuambil sepotong lirik dari lagu milik band Letto yang berjudul “Hantui Aku”. Karena menurutku kalimat Rinduku Tak Tahu Malu sangat enak untuk diucap apalagi sesuai dengan perasaanku saat ini. Rindu kepada malaikat tak bersayap yang menghabiskan umur tuanya demi kebaikanku, ups bukan.. bukan hanya aku, namun lima orang anak. Dengan pengabdian tanpa meminta imbalan beliau lakukan setulus hatinya, didampingi sesosok pemimpin keluarga. Kata rindu begitu jauh dengan ku selama ini, 18 tahun terakhirku tak pernah ku merasa rindu kepada beliau. Semenjak aku menjadi anak rantauan yang jauh dari kampung halaman, dan jarang mendapat teguran secara langsung dari beliau, aku mulai mengerti arti kata rindu yang sesungguhnya. Namun rindu itu tak mampu kubendung hanya dengan berbicara via telepon atau saling berkirim pesan singkat. Aku mencari obat untuk mengatasi rasa rindu ini, Ya Allah begitu sulit menghilangkannya dan yang kupinta hanyalah bertatap muka dan memeluk tubuh beliau yang semakin tua dan rentan itu. Aku mencoba memandangi fotonya yang terpampang di layar laptopku berdampingan dengan sang pemimpin dan diriku berada di tengah mereka. Semakin lama ku memandang, justru air mata yang keluar dari pelupuk mataku, membasahi pipi dan aku sesenggukan menahan rasa rindu ini. Oh.. Ya Allah, kapankah aku bisa memeluk mereka berdua, mencium tangannya dan membelai rambut putihnya. Kapan lagi, dan jawabannya adalah sabar, tentu aku harus bersabar karena disini, di kota orang aku menuntut ilmu. Mereka menaruh harapan besar kepadaku dan tidak mungkin aku membakar harapan itu dan menghanguskannya begitu saja. Hari-hari kulewati dengan penuh kesabaran, menunggu hari dimana aku bisa pulang dan bertemu mereka. Tanpa sadar aku meneteskan air mata lagi, bahkan ketika aku hanya memejamkan mata dan membayangkan mereka melintas di hadapanku, tersenyum memanggil namaku dengan lembut, dan membelai rambutku. Mendoakan setiap langkah yang kupilih dan menyemangati disaat aku kehilangan asa. Oh ibu… oh ayah… tahukah kalian, anakmu ini, detik ini juga sedang menangis merindukan kalian. Aku tidak berbohong, air mata ini semakin banyak, aku tak mampu menahannya karena itu membuat kerongkonganku terasa sangat sakit. Ketika aku pulang nanti, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku menyayangi kalian lebih dari apapun. Namun betapa sulit mulut ini untuk berucap, berkali-kali aku berlatih namun setiap berada di hadapan kalian mulut ini kelu, terbungkam dan tak mampu berkata-kata kecuali merangkul kalian. Ibu.. ayah.. maafkan jika aku berlebihan merindukan keberadaanmu disana. Di kota Kudus tercinta, disini aku selalu mendoakan kalian agar diberi kesehatan dan umur panjang yang bermanfaat. Dan selalu berada di dalam lindunganNya. Aamiin.. aamiin ya rabbalalamiin.

wisuda sendiri di
 rumah
ibu, anakmu, rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar