Gimana ya, sahabat? sebenarnya apakah sahabat itu ada?
Mengapa selama ini aku merasa bahwa tidak ada yang namanya sahabat. Mungkin teman ya, aku punya banyak teman. Mereka adalah orang yang datang saat membutuhkanku dan menghilang saat kubutuhkan. Terkadang ada sih orang yang bisa ada saat dibutuhkan, selain keluarga tentunya. Tapi itu jarang sekali aku temukan. Terlalu egoiskah aku Tuhan? Tapi aku merasa bahwa mereka yang egois.
Tuhan, aku tahu kau menciptakan orang dengan berbagai jenis watak. Tapi aku tidak bisa menerima sahabat yang bangsat. Aku merasa diinjak-injak. Aku merasa dimanfaatkan. Aku merasa dibuang setelah dibutuhkan, dihina, dicaci. Sebenarnya aku tahu mereka hanya bercanda. Tapi aku menerima semua itu terlalu sering bahkan hingga aku bosan dan muak. Aku ingin berhenti menjadi bagian dari mereka tapi aku tidak bisa.
Tuhan, aku tidak setegar itu untuk menghadapi mereka. Ini berat. Tidak, aku tidak lebay. Aku sadar seharusnya aku tidak mengeluh karena banyak orang yang hidupnya lebih berat dari aku. Tapi, aku capek. Harus menahan tangisan. Menangis sendiri saat tidak ada orang. Tidur agar melupakan segalanya. Kadang aku berpikir ingin mati tapi aku tahu itu dosa. Dan aku juga belum bisa membahagiakan orang tuaku. Sedih sekali jika mereka (orang tuaku) harus kecewa dengan anaknya yang mentalnya sudah loyo.