Laki-laki yang paling kucintai

Teruntuk laki-laki yang tidak ada duanya, yang sangat aku cintai. Kelak kalau aku sudah benar-benar dewasa aku ingin kau selalu ada di sisiku, menemaniku, menungguku, menghiburku, dan mencintaiku. Kau adalah satu-satunya laki-laki yang rela melakukan apapun untukku. Pernah suatu hari kau kehujanan dan menungguku, pernah juga kau menemaniku mengerjakan tugas di warnet saat aku masih sekolah. Cintaku padamu tidak bisa diukur dengan ukuran manapun. Aku sangat-sangat mencintaimu. Ayahku....
Kau selalu berjuang demi melihat aku bahagia. Maaf jika aku dulu nakal, jika aku kurang menghargaimu dan selalu menyepelekan apa yang Ayah lakukan. Kini aku mengerti, kau hebat.
Ayah.. kau yang selalu mengkhawatirkanku.. kadang aku memang jengkel padamu. Perhatianmu padaku seolah mengekangku. Haha lucu ketika aku mengingat dulu pergi ke warung yang jaraknya bisa ditempuh dengan jalan kaki saja kau mengantarkanku, kita berjalan berdua dan kau merangkulku. Dulu ketika teman-temanku berkendara sendiri menuju tempat renang, kau bersedia mengantarkanku, bahkan menungguiku di luar hingga kehujanan. Waktu itu aku terlihat sangat jahat di mata teman-temanku, membiarkan ayahnya sendirian di luar dan hujan. Mereka tidak tahu kalau aku sudah menyuruh ayah pulang dan menjemputku ketika aku sudah selesai. Tapi ayah menolak itu, iya tetap mau menungguku hingga pulang. Kadang aku merasa ayahku kelewat baik hahaha. Kini aku merindukan sifat baiknya itu. Waktu telah merampas usia dan tenaganya. Ayahku menua dan tidak sekuat dulu. Aku benci itu. Aku benci kenapa seseorang harus menua? Aku benci ayahku menjadi tua dan rapuh. Aku ingin sekali membahagiakan dia, membuat ia tertawa lepas, menikmati indahnya dunia. Ya, ayahku selama ini terlalu sibuk membahagiakan keluarganya hingga ia lupa bagaimana cara membahagiakan diri sendiri.
Ayah... maafkan aku ketika aku masih suka berbuat dosa. Aku sedih, ayah yang akan menanggung dosa anak perempuannya bukan? aku selalu berusaha terhindar dari dosa ayah. Tapi semakin bertambahnya waktu, aku merasa semakin banyak pula dosaku. Aku belum pandai menutup auratku dengan benar. Aku belum bisa menjaga pandanganku dari yang bukan muhrim. Aku sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dan ketika aku melakukan itu semua, aku tidak sadar bahwa kelak tidak hanya aku yang dihukum. Ayah.. doakan aku... doakan aku agar bisa menjaga diri.
Satu keinginanku adalah aku bisa hidup bersamamu di dunia, dan di surga.
I LOVE YOU DAD... SO MUCH...

Begini aku

Begini. Aku selalu saja begini. Saat ada laki-laki yang mendekat, aku selalu saja menyakitinya. Dan itu semua karena aku masih memikirkanmu. Dulu saat aku berpisah denganmu, aku dekat dengan temanku sendiri. Ya, kami memang sudah dekat saat aku masih menjalin hubungan denganmu. Dia yang selalu menemaniku saat kamu tidak peduli. Aku akui dia teman yang baik, hingga kamu meninggalkanku dan dia tetap ada. Sikapnya yang semakin hari semakin peduli membuatku menyayanginya. Aku sayang dan aku nyaman dengannya. Hingga suatu ketika dia menyatakan cinta padaku. Aku tidak terlalu menanggapi itu serius, karena dia temanku dan kita sering bercanda. Beberapa kali ia menyatakannya dan aku selalu mengabaikannya. Aku tidak bisa kehilangan dia sebagai teman baikku. Kemudian ia bilang padaku kalau ia mau menunggu.. ia mau menungguku.. kuharap itu benar. Tapi lama kelamaan dia nggak ada kabar, dia hilang entah kemana. Dan aku mulai terbiasa tanpanya. Ya, aku perlahan melupakan dia, dia sendiri yang membuatku terbiasa tanpa hadirnya. Kemudian suatu ketika dia kembali, menghubungiku. Meminta bantuanku untuk mendonorkan darah kepada pacarnya. Aku tidak tahu kapan mereka berhubungan, tapi itu cukup membuatku kecewa. Aku ingin mendonorkan tapi berat badanku tidak mencukupi. Kebetulan golongan darah yang dicari sama denganku.
Semenjak itu, semenjak itu aku tidak mempercayai perkataan laki-laki. Aku tumbuh dewasa, tanpa mengenal cinta dengan lawan jenis. Karena aku tahu semuanya hanya omong kosong. Betapa bodohnya aku dulu mau menjalin hubungan dengan kekasihku. Kamu yang kuyakini adalah jodohku, ternyata aku yang terlalu naif. Hingga saat ini aku sadar aku masih mencintaimu. Aku menginginkanmu. Tapi aku tidak mau itu. Kau tahu, aku selalu berusaha keras untuk melupakanmu, untuk membuka hati lagi. Saat aku kuliah, aku dekat dengan laki-laki lagi. Kami sering ngobrol lewat telepon dan aku mulai nyaman. Ya aku mulai nyaman. Tapi ketika dia ingin serius aku mengingatmu lagi, dan mengingatk kejadian dulu. Aku tidak bisa menyakiti siapapun dan aku tidak mau disakiti lagi. Cukup. Aku tidak ingin berhubungan dengan laki-laki dulu. Setiap laki-laki yang mendekatiku dengan tujuan lebih dari seorang teman kini aku jauhi. Ya, ada beberapa laki-laki yang mendekat. Awalnya aku menerima kalau mereka mau berteman. Namun setelah sikap mereka yang menunjukkan gelagat ingin memiliki, justru aku menjauhinya. Aku harus menjaga jarak agar aku tidak kehilangan mereka. Terlanjur nyaman dan tersadar bahwa yang kau cintai bukan dia adalah tindakan keji bagiku, Aku jahat. Untuk itu, aku berhenti. Aku berhenti merasa nyaman.