Begini aku

Begini. Aku selalu saja begini. Saat ada laki-laki yang mendekat, aku selalu saja menyakitinya. Dan itu semua karena aku masih memikirkanmu. Dulu saat aku berpisah denganmu, aku dekat dengan temanku sendiri. Ya, kami memang sudah dekat saat aku masih menjalin hubungan denganmu. Dia yang selalu menemaniku saat kamu tidak peduli. Aku akui dia teman yang baik, hingga kamu meninggalkanku dan dia tetap ada. Sikapnya yang semakin hari semakin peduli membuatku menyayanginya. Aku sayang dan aku nyaman dengannya. Hingga suatu ketika dia menyatakan cinta padaku. Aku tidak terlalu menanggapi itu serius, karena dia temanku dan kita sering bercanda. Beberapa kali ia menyatakannya dan aku selalu mengabaikannya. Aku tidak bisa kehilangan dia sebagai teman baikku. Kemudian ia bilang padaku kalau ia mau menunggu.. ia mau menungguku.. kuharap itu benar. Tapi lama kelamaan dia nggak ada kabar, dia hilang entah kemana. Dan aku mulai terbiasa tanpanya. Ya, aku perlahan melupakan dia, dia sendiri yang membuatku terbiasa tanpa hadirnya. Kemudian suatu ketika dia kembali, menghubungiku. Meminta bantuanku untuk mendonorkan darah kepada pacarnya. Aku tidak tahu kapan mereka berhubungan, tapi itu cukup membuatku kecewa. Aku ingin mendonorkan tapi berat badanku tidak mencukupi. Kebetulan golongan darah yang dicari sama denganku.
Semenjak itu, semenjak itu aku tidak mempercayai perkataan laki-laki. Aku tumbuh dewasa, tanpa mengenal cinta dengan lawan jenis. Karena aku tahu semuanya hanya omong kosong. Betapa bodohnya aku dulu mau menjalin hubungan dengan kekasihku. Kamu yang kuyakini adalah jodohku, ternyata aku yang terlalu naif. Hingga saat ini aku sadar aku masih mencintaimu. Aku menginginkanmu. Tapi aku tidak mau itu. Kau tahu, aku selalu berusaha keras untuk melupakanmu, untuk membuka hati lagi. Saat aku kuliah, aku dekat dengan laki-laki lagi. Kami sering ngobrol lewat telepon dan aku mulai nyaman. Ya aku mulai nyaman. Tapi ketika dia ingin serius aku mengingatmu lagi, dan mengingatk kejadian dulu. Aku tidak bisa menyakiti siapapun dan aku tidak mau disakiti lagi. Cukup. Aku tidak ingin berhubungan dengan laki-laki dulu. Setiap laki-laki yang mendekatiku dengan tujuan lebih dari seorang teman kini aku jauhi. Ya, ada beberapa laki-laki yang mendekat. Awalnya aku menerima kalau mereka mau berteman. Namun setelah sikap mereka yang menunjukkan gelagat ingin memiliki, justru aku menjauhinya. Aku harus menjaga jarak agar aku tidak kehilangan mereka. Terlanjur nyaman dan tersadar bahwa yang kau cintai bukan dia adalah tindakan keji bagiku, Aku jahat. Untuk itu, aku berhenti. Aku berhenti merasa nyaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar