Kesalahpahaman



Salah paham, mungkin semua orang pernah merasakannya atau melihatnya. Namun tahukah bagaimana rasanya berada dalam posisi kesalahpahaman itu sendiri. Terlibat di dalamnya dan inti dari masalah itu tertuju pada diri kita. Menyebalkan? Tentu, marah? Iyalah kenapa tidak. Itulah yang aku rasakan saat ini, berada di posisi yang tidak kita inginkan, dan tidak mampu menunjukkan kebenarannya, sulit untuk keluar dari zona kesalahpahaman ini. Aku memilih diam, bukan diam yang berarti kalah. Aku tidak mau mempersulit keadaan. Sesungguhnya aku ingin semua jelas dan sama dengan kenyataan yang ada, bukan seperti ini. Tapi aku bisa apa selain diam? Mau ngomong mengumbar-umbar? itu akan terlihat seolah memang benar aku inti dari permasalahannya. Kenapa harus aku? Kenapa bisa terjadi? Sial!

Aku menyimpannya sendirian, bahkan ketika aku mau menceritakan semuanya, aku tidak tahu harus memulai dari mana, terlalu panjang dan tidak akan mudah orang lain memahami. Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah mengumpat sejadi-jadinya, tentu di dalam hati. Tidak mungkin secara frontal aku berteriak keras mengumpat-ngumpat di sini. Di tempat bukan wilayahku, bisa dikira orang stress nantinya. Tuhan, Engkau tahu sedangkan mereka tidak, kuatkanlah hambamu ini. Aku manusia, seorang perasa yang memiliki rasa dan perasaan. Tatapan mata mereka mampu kurasa. Tidak perlu berhenti berbicara ketika aku lewat, tidak perlu mengalihkan pandangan ketika lama telah memandang sinis padaku, aku tahu. Meskipun sebelumnya kita mampu bercanda tanpa batas, meski dulu kau sering keluar masuk pintu itu. Kini aku yakin, tidak semudah itu untuk kembali. Bukan salahku, juga bukan salahmu. Hanyalah kesalahpahaman yang kau mulai dengan dugaan.

Seharusnya kau mencari tahu akan hal yang benar, bukan menyebar hal yang kau tidak ketahui salah atau benar. Aku tahu kau tidak berniat seperti itu, tapi dengan begitu kau membuatku menjadi pelaku. Kau secara tidak langsung mengasingkanku dari dunia sebelumnya.

Kemudian aku mulai enggan menatapmu, mulai enggan menyapa dirimu. Aku muak dengan keberadaanmu, seolah kaulah biang semua masalah yang tertuju padaku. Bukan kau saja yang kesal, aku juga! Malah lebih dari kesal. Kalau saja aku tahu begini, maka kala itu aku lebih baik bersikap tidak ramah. Bersikap seolah-olah ada gap di antara kita. Itu memudahkanku untuk tidak terlibat dalam suatu kesalahpahaman. Mengertilah, bukan berarti aku membencimu. Aku kesal telah dijadikan objek sasaran negative. Belajarlah untuk mencari tahu dahulu sebelum memberi tahu.

13-03-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar