Kenapa aku mudah sekali putus asa? Di mana aku menyimpannya?
Kenapa judul dan isinya berbeda? Usahaku menuangkan segala kegilaanku, di mana
sekarang semua itu?apa aku sering menyebutnya sampah, lalu tidak sengaja aku
menghapusnya dan mengganti dengan cerita yang baru. Ceritaku yang baru sama
sekali tidak memiliki kegilaan. Ah sial, aku sudah hampir menjadi gila dan
kegilaanku kini musnah tak tersisa walau satu paragraph saja! Benar-benar sial!
Aku menghabiskan waktu berjam-jam memandangi layar monitor dengan rasa panas di
ujung jari tulunjukku. Semua itu kini sia-sia. Aku menyesal, kenapa aku harus
menundanya selama ini, dan mengapa aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi
hingga cerita itu tamat. Bodohnya aku membuat cerita baru dan menurutku itu
norak karena ujung-ujungnya ada sosok ah biarkan hanya aku yang tahu sosok itu,
muncul di ceritaku lagi. Padahal sudah beberapa kali aku tidak memunculkannya
di ceritaku, kini ia dengan tidak sadar muncul dalam ceritaku lagi. Aku tidak
mengerti betapa spesialnya dia hingga setiap ceritaku harus menjadikannya
sebagai tokoh utama, dan naasnya aku selalu menjadi tokoh yang paling menderita
hingga kadang-kadang berujung pada kematian yang aku buat sendiri. Bodoh, iya
aku akui, aku ini bodoh. Kalau aku pintar, mungkin saat ini aku sudah menjadi
seorang ilmuan seperti Albert Einstein atau siapalah yang harus dihafalkan anak
sd sebagai tokoh-tokoh terkenal di setiap pelajarannya itu. Tidak habis pikir
diriku ini.
17/9/16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar